manusia terlahir dalam kondisi yang berbeda-beda. ada yang kaya, ada yang miskin. namun tentunya tak pernah ada yang mau / meminta untuk terlahir menjadii seorang miskin. karena itulah maka tidak semestiny jika sikaya tak mau berbagi dengan simiskin karena dia merasa kkayaanya itu adalah hasil dari jerih payahnya sendiri. tidak dapat dipungkiri kalau tak mungkin ada orang kaya jika tak ada si miskin.
kta patut bersyukur di negara kita indonesia yang tercinta ini sudah banyak orang kaya yang mau menafkahkan riskiya dijalan Allah. baik itu lewat sedekah, infak, wakaf dan amal jariyah yang lainya. nampaknya mereka kaum kaya sudah mulai sadar dan ingat akan kepastian Allah bahwa didalam riski yang kita miliki ada hak orang miskin yang sengaja Allah titipkan kepada kita. itu sudah menjadi kepastian Allah. maka berangsiapa yang tidak mengikuti atau percaya akan kepastian tersebut maka ingatlah bahwa kepastian Allah tak pernah meleset. jika seagian harta yang sengaja Allah titipkan kepada kiata tidakk kita sedekahkan sesuai dengan ketentuan yang ada (2,5%) maka Allah sendirilah yang akan menambilnya secara paksa. tentu karena secara paksa bisa saja lah mengambil seluruh harta yang kita miliki, lebih dari (2,5%).
seekah bukan do'a atau harapan melainkan ungkapan rasa syukur
banyak motivasi orang untuk memberi. ada yang hanya karena ingin dikenal orang sebagai dermawan. ada yang sekedar mennjalankan hobi dan ada pula yang benar-benar diniatkan khusus untuk beribadah kepada Allah. bagi yang hanya ingin disebut sebagai dermawan maka ya niscaya ia akan memperolehnya dengan mudah. saya tidak menyalahkan tipe orang seperti ini, walaupun ada orang mengatakan kalau amalnya sia-sia dan bahkan dikuatkan dengan hadis yang mengatakan bahwa amal yang dilakukan dengan riya maka akan terbakar amal itu oeh riya seperti terbakarnya kayu bakar oleh api, namun saya masih dapat melihat sisi positif dari tipe amalan seperti ni. wallaupun dia riya tetapi amalanya sungguh nyata. ada wujud nyata yang telah dia sumbangkan. ini lebh baik daripada orang yang hanya sekedar menertawai amalan tersbut dari jauh, mengatakan amalnya sia-sia, namun dirinya sendiri tak berbuat apapun. hanya kerugian yang didapat. istilahnya kaau dermawan tadi sudah punya positip tetapi dikurangi dengan nilai-nilai negatip. sedangkan orang yang diam dan mencercanya ibarat orang yang punya angka nol tetapi ia selalu menambahkan nilai negatip. maka besar yang mana dosanya? anda lebih tau tentang hal ini.
saya cukup kagum pada tipe orang yang berikutnya ini, dan saya menganggap justru tipe seperti ini yang paing ideal. orang yang satu ini mempunyai kebiasaan memberi. dia tak pernah hitung-menghitung tentang apa yang telah dia berikan. ibarat buang hajat, apa yang telah diberikan kepada orang lain akan terlupakan dengan sendirinya. ketika tidak memberi maka dia akan sangat butuh untuk memberi. ketika sudah diberi dilupakan dan dia tak pernah mengharapkan sesuatu dari pemberiannya itu. walaupun Allah telah menjajikan akan memberi balasan berlipat ganda kepada orang yang mau memberi, tetapi dia menganggap bahwa soal Allah mau memberi balasan atau tidak itu bukan urusan dia tetapi urusan Allah. biarkan Allah yang akan mengaturnya, manusia hanya menjalankan ihtiar perintahnya dan masalah pahala biar Allah yang ngurus, karena memang itu bukan urusan manusia. oang seprti ini tentu akan segera memberikan sebagian hartanya ketika mendapatkan harta, karena ia meyadari bahwa ada sebagian harta kaum miskin didalam harta yang kita miliki yang apabila tidak segera kita sedekahkan maka akan mejadi penyakit dalam harta kita. dengan demikian kita akan dapat bersyukur kepada Allah dengan memberikan sebagian harta karena memang itu hanya titipan yang tak kan dibawa mati, dan dengan cara seperti ini maka sedekah akan emnjadi mudah dan ringan. sungguh syari'at yang Allah turunkan kebumi ini tak pernah memberatkan manusia.
untuk tipe yang erahir ini sepertinya sangat ideal dan itulah yang kebanyakan diingini oleh masyarakat kita. namun kiranna ada yan perlu ditunjau ulang. orang denga tipe ibadah yang kuat seoerti ini akan cendrung itung-itungan terhadap amal yang telah dikerjakan. maka akan muncul amal yang mewah dan ada amal yang sedikit pahalanya, kemudia tidak menjadi prioritas ibadah lalu ditinggalkan. bersambung..............................